* Telan Dana Rp 1,7 Miliar
Lahat, Jurnal Sumatra
Pembangunan jaringan irigasi di Desa Muara Payang,
Kecamatan Muara Payang, Kabupaten Lahat, yang menghabiskan dana senilai
Rp 1.774.926.000, dikerjakan asal jadi dan amburadul.
Pengerjaan proyek irigasi yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus
(DAK) Provinsi Sumatera Selatan, diprotes warga desa setempat karena sejak
pembangunannya suplay air terhenti sehingga mengancam ratusan hektare tanaman
padi dan terancam gagal panen.
Pembanguna irigasi ini berlokasi di kawasan hutan berjarak tiga
kilometer dari pemukiman warga. Sepintas tidak diketahui, apabila ada kegiatan
pembangunan irigasi di daerah tersebut, karena disamping lokasinya di hutan,
papan nama proyek juga tidak dipasang di pinggir jalan, melainkan di pasang di
hutan di lokasi proyek.
Bahkan warga desa yang kesal, sempat berdemo ke lokasi dan menuntut pihak
pekerja untuk menghentikan kegiatan pembangunan karena saluran air ke sawah
warga ditutup dan tanaman padi warga menguning karena suplai air terhenti.
Pembangunan irigasi dengan Nomor Kontrak 611/20/KPP/PPI-APBD/PU-AIR/2012, dengan tanggal kontrak 21 Maret 2012 ini, dibangun dengan DAK Provinsi Sumsel Senilai RP 1.774.926.000,-. Pelaksana proyek ini sendiri dikerjakan CV PERI BROTHERS, dengan waktu pengerjaan Selama 120 hari kerja.
"Kami kecewa dengan pihak pemborong proyek ini, karena sebelum mulai pekerjaan, tidak ada koordinasi dengan warga desa, padahal saat ini kami sedang musim tanam padi di sawah," ujar Aan, salah seorang warga Desa Muara Payang, saat di temui di lokasi.
Menurutnya, akibat pembangunan irigasi yang tidak kompromi dengan warga ini, tanaman padi kami menguning dan terancam mati, karena saluran air ke sawah terhenti akibat ditutup oleh pihak pekerja irigasi.
"Seandainya dilakukan musyawarah terlebih dahulu, mungkin warga tidak menanam padi dulu di sawah sampai irigasi tersebut selesai dibangun, kalau sudah seperti ini, padi kami pasti mati dan tidak bisa panen," keluhnya.
Hal senada diungkapkan Ujang, warga desa Muara Payang, lainnya, keberadaan proyek pembanguna irigasi ini, tidak dikethui oleh warga desa, dan terkesan proyek siluman karena pihak pemborong dan dinas terkait, tidak memasang papan nama proyek di jalan masuk ke lokasi tersebut, apalagi lokasi pembangunannya jauh dari pemukiman sekitar tiga kilometer berjalan kaki dan berada di hutan.
"Papan nama proyek tidak dipasang di pinggir jalan sehingga warga tidak mengetahui ada pembanguna tersebut, warga kaget tiba-tiba sawah kering dan padi menguning, saat ditelusuri ke hulu sungai, ternyata ada kegiatan pembangunan irigasi, dan aliran air ke sawah di tutup oleh pihak pekerja," katanya.
pembanguna irigasi ini sendiri, hanya menempel irigasi lama dan irigasi tersebut tidak memiliki lantai. Bahkan sebagian fisik irigasi kondisinya asal jadi dan tidak terkesan rapi.
warga mengancam akan kembali berdemo ke lokasi pembangunan irigasi ini, apabila pihak pemborong menutup saluran air dan pembangunan tidak dilakukan dengan baik. Mengingat dana yang bersumber dari uang negara yang digunakan sangat besar, mencapai Rp1,7 miliar. (kaci)
Pembangunan irigasi dengan Nomor Kontrak 611/20/KPP/PPI-APBD/PU-AIR/2012, dengan tanggal kontrak 21 Maret 2012 ini, dibangun dengan DAK Provinsi Sumsel Senilai RP 1.774.926.000,-. Pelaksana proyek ini sendiri dikerjakan CV PERI BROTHERS, dengan waktu pengerjaan Selama 120 hari kerja.
"Kami kecewa dengan pihak pemborong proyek ini, karena sebelum mulai pekerjaan, tidak ada koordinasi dengan warga desa, padahal saat ini kami sedang musim tanam padi di sawah," ujar Aan, salah seorang warga Desa Muara Payang, saat di temui di lokasi.
Menurutnya, akibat pembangunan irigasi yang tidak kompromi dengan warga ini, tanaman padi kami menguning dan terancam mati, karena saluran air ke sawah terhenti akibat ditutup oleh pihak pekerja irigasi.
"Seandainya dilakukan musyawarah terlebih dahulu, mungkin warga tidak menanam padi dulu di sawah sampai irigasi tersebut selesai dibangun, kalau sudah seperti ini, padi kami pasti mati dan tidak bisa panen," keluhnya.
Hal senada diungkapkan Ujang, warga desa Muara Payang, lainnya, keberadaan proyek pembanguna irigasi ini, tidak dikethui oleh warga desa, dan terkesan proyek siluman karena pihak pemborong dan dinas terkait, tidak memasang papan nama proyek di jalan masuk ke lokasi tersebut, apalagi lokasi pembangunannya jauh dari pemukiman sekitar tiga kilometer berjalan kaki dan berada di hutan.
"Papan nama proyek tidak dipasang di pinggir jalan sehingga warga tidak mengetahui ada pembanguna tersebut, warga kaget tiba-tiba sawah kering dan padi menguning, saat ditelusuri ke hulu sungai, ternyata ada kegiatan pembangunan irigasi, dan aliran air ke sawah di tutup oleh pihak pekerja," katanya.
pembanguna irigasi ini sendiri, hanya menempel irigasi lama dan irigasi tersebut tidak memiliki lantai. Bahkan sebagian fisik irigasi kondisinya asal jadi dan tidak terkesan rapi.
warga mengancam akan kembali berdemo ke lokasi pembangunan irigasi ini, apabila pihak pemborong menutup saluran air dan pembangunan tidak dilakukan dengan baik. Mengingat dana yang bersumber dari uang negara yang digunakan sangat besar, mencapai Rp1,7 miliar. (kaci)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar