Tebing Tinggi, JurnL Sumatra
Warga Kecamatan Tebing Tinggi diminta untuk waspada terhadap ancaman belerang yang mencemari air Sungai Musi saat memasuki musim hujan seperti saat ini.
Hal ini disebabkan, masih banyak warga di beberapa desa dan kelurahan di Kecamatan Tebing Tinggi yang menggunakan aliran air Sungai Musi untuk sanitasi, termasuk mandi dan mencuci.
Kandungan belerang yang berasal dari Sungai Ayik Bayau yang bagian hulunya langsung berada di lereng Gunung Dempo Pagaralam dikhawatirkan akan membawa kandungan belerang berlebih dan mencemari Sungai Musi. Sebab, Sungai Ayik Bayau bermuara di Sungai Ayik Lintang dan muara terakhirnya di Sungai Musi kawasan Meraksa Lama,Kecamatan Pendopo. Camat Tebing Tinggi Alhumaidi Saman mengatakan, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat Tebing Tinggi khususnya yang masih menggunakan Sungai Musi untuk aktivitas MCK dan sanitasi.
Menurutnya, sesuai dengan pengalaman beberapa tahun sebelumnya,saat memasuki musim hujan kandungan belerang di Sungai Musi meningkat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya biota air tawar di Sungai Musi seperti ikan dan biota lain,menjadi mati akibat tingginya kandungan belerang yang mencemari air Sungai Musi. “Jika sedang musim ketubean banyak ikan di Sungai Musi yang mati, untuk itu kita selalu mengingatkan masyarakat untuk waspada dan berhati-hati dalam menggunakan air saat sedang tercemar belerang,” ujar Alhumaidi kemarin.
Dia mengakui, warga Tebing Tinggi sudah familiar dengan ketubean,namun dirinya meyakini banyak warga khususnya yang tinggal di bantaran sungai yang belum mengetahui dampak dari tingginya kandungan belerang diair bagi kesehatan. Untuk itu sosialisasi dan imbauan terus mereka lakukan. Terpisah, Camat Lintang Kanan Rahmat Riandy mengatakan setiap memasuki musim hujan, seluruh warga di wilayah tersebut memang diimbau untuk waspada terhadap gejala alam salah satunya meningkatnya kandungan belerang di Sungai Ayik Bayau yang melintasi kawasan tersebut.
Menurutnya dari 16 desa yang ada di Lintang Kanan terdapat 5 desa yang dilalui aliran Sungai Ayik Bayau yang merupakan aliran utama belerang Gunung Dempo.Kelima desa tersebut yaitu Babatan, Lubuk Tapang, Muara Danau, Endalo serta Karang Tanding. Secara jarak, wilayah Lintang Kanan memang berdekatan dengan Gunung Dempo. Bahkan Desa Babatan yang merupakan ibukota Kecamatan Lintang Kanan hanya berjarak 5 kilometer dari Talang Peraduan yang merupakan kawasan lereng utama Gunung Dempo.
Hujan Datang Longsor Mengancam
Sementara itu, titik rawan longsor masih terus mengancam para pengendara dan warga diwilayah Empatlawang saat ini. Karena untuk wilayah Empatlawang saat musim hujan potensi ancaman longsor baik disisi jalan maupun dikawasan hunian penduduk masih sangat tinggi. Mengingat tofografi wilayah yang perbukitan. Selain itu ancaman longsornya jalan khususnya di sepanjang jalur Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi jumlahnya mencapai ratusan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Empatlawang sudah melakukan pemetaan wilayah yang ancaman longsornya tertinggi di 8 kecamatan di Empatlawang. Dari pendataan pihak BPBD Empatlawang diketahui 3 kecamatan rawan bencana longsor dan banjir. Tebing Tinggi, Pendopo dan Talang Padang. Kepala BPBD Empatlawang Hasbullah kembali mengingatkan kepada warga khususnya pengendara yang melintas khususnya di jalur jalan provinsi Tebing Tinggi-Pendopo serta Muara Pinang- Ulu Musi “Ancaman longsor masih sangat tinggi dan jumlahnya sangat banyak, saat memasuki musim hujan seperti saat ini semua diminta untuk waspada, terutama warga yang rumahnya berada dibagian bawah tebingan,” ungkap dia.
Kepala Dinas PU Bina Marga Empatlawang H. Fauzi Ahmad mengatakan, secara umum persentase kerusakan jalan provinsi di wilayah Empatlawang lebih dari 20%. Kondisi ini menurutnya, semakin diperparah dengan tingginya curah hujan di wilayah tersebut. Dia mengatakan, kerusakan yan g terjadi di jalan provinsi tersebut terjadi akibat patahnya badan jalan.(snd)
Warga Kecamatan Tebing Tinggi diminta untuk waspada terhadap ancaman belerang yang mencemari air Sungai Musi saat memasuki musim hujan seperti saat ini.
Hal ini disebabkan, masih banyak warga di beberapa desa dan kelurahan di Kecamatan Tebing Tinggi yang menggunakan aliran air Sungai Musi untuk sanitasi, termasuk mandi dan mencuci.
Kandungan belerang yang berasal dari Sungai Ayik Bayau yang bagian hulunya langsung berada di lereng Gunung Dempo Pagaralam dikhawatirkan akan membawa kandungan belerang berlebih dan mencemari Sungai Musi. Sebab, Sungai Ayik Bayau bermuara di Sungai Ayik Lintang dan muara terakhirnya di Sungai Musi kawasan Meraksa Lama,Kecamatan Pendopo. Camat Tebing Tinggi Alhumaidi Saman mengatakan, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat Tebing Tinggi khususnya yang masih menggunakan Sungai Musi untuk aktivitas MCK dan sanitasi.
Menurutnya, sesuai dengan pengalaman beberapa tahun sebelumnya,saat memasuki musim hujan kandungan belerang di Sungai Musi meningkat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya biota air tawar di Sungai Musi seperti ikan dan biota lain,menjadi mati akibat tingginya kandungan belerang yang mencemari air Sungai Musi. “Jika sedang musim ketubean banyak ikan di Sungai Musi yang mati, untuk itu kita selalu mengingatkan masyarakat untuk waspada dan berhati-hati dalam menggunakan air saat sedang tercemar belerang,” ujar Alhumaidi kemarin.
Dia mengakui, warga Tebing Tinggi sudah familiar dengan ketubean,namun dirinya meyakini banyak warga khususnya yang tinggal di bantaran sungai yang belum mengetahui dampak dari tingginya kandungan belerang diair bagi kesehatan. Untuk itu sosialisasi dan imbauan terus mereka lakukan. Terpisah, Camat Lintang Kanan Rahmat Riandy mengatakan setiap memasuki musim hujan, seluruh warga di wilayah tersebut memang diimbau untuk waspada terhadap gejala alam salah satunya meningkatnya kandungan belerang di Sungai Ayik Bayau yang melintasi kawasan tersebut.
Menurutnya dari 16 desa yang ada di Lintang Kanan terdapat 5 desa yang dilalui aliran Sungai Ayik Bayau yang merupakan aliran utama belerang Gunung Dempo.Kelima desa tersebut yaitu Babatan, Lubuk Tapang, Muara Danau, Endalo serta Karang Tanding. Secara jarak, wilayah Lintang Kanan memang berdekatan dengan Gunung Dempo. Bahkan Desa Babatan yang merupakan ibukota Kecamatan Lintang Kanan hanya berjarak 5 kilometer dari Talang Peraduan yang merupakan kawasan lereng utama Gunung Dempo.
Hujan Datang Longsor Mengancam
Sementara itu, titik rawan longsor masih terus mengancam para pengendara dan warga diwilayah Empatlawang saat ini. Karena untuk wilayah Empatlawang saat musim hujan potensi ancaman longsor baik disisi jalan maupun dikawasan hunian penduduk masih sangat tinggi. Mengingat tofografi wilayah yang perbukitan. Selain itu ancaman longsornya jalan khususnya di sepanjang jalur Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi jumlahnya mencapai ratusan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Empatlawang sudah melakukan pemetaan wilayah yang ancaman longsornya tertinggi di 8 kecamatan di Empatlawang. Dari pendataan pihak BPBD Empatlawang diketahui 3 kecamatan rawan bencana longsor dan banjir. Tebing Tinggi, Pendopo dan Talang Padang. Kepala BPBD Empatlawang Hasbullah kembali mengingatkan kepada warga khususnya pengendara yang melintas khususnya di jalur jalan provinsi Tebing Tinggi-Pendopo serta Muara Pinang- Ulu Musi “Ancaman longsor masih sangat tinggi dan jumlahnya sangat banyak, saat memasuki musim hujan seperti saat ini semua diminta untuk waspada, terutama warga yang rumahnya berada dibagian bawah tebingan,” ungkap dia.
Kepala Dinas PU Bina Marga Empatlawang H. Fauzi Ahmad mengatakan, secara umum persentase kerusakan jalan provinsi di wilayah Empatlawang lebih dari 20%. Kondisi ini menurutnya, semakin diperparah dengan tingginya curah hujan di wilayah tersebut. Dia mengatakan, kerusakan yan g terjadi di jalan provinsi tersebut terjadi akibat patahnya badan jalan.(snd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar