Senin, 20 Februari 2012

19 Feb Penuturan Istri Korban, Rida Wati

KEHIDUPAN dan matinya seseorang memang ada ditangan Yang Maha Kuasa. Namun kepergian Zaidan, sopir angkot warga Desa Tanjung Agas Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir (OI) ini tetap saja meninggalkan duka yang mendalam bagi istri dan anaknya. Karena penyebab kematian korban ini, diakibatkan peristiwa pembunuhan yang dilakukan tetangganya sendiri, Did yang hingga, Minggu (19/2) lalu belum tertangkap. Menurut penuturan Rida Wati (istri korban), sebelum kejadian itu sang suami pamit akan pergi takziah ke rumah tetangganya Nurdin di desa itu juga , Jumat (17/2) malam sekitar pukul 19.00 WIB. Hanya berselang sekitar 15 menit berlalu, Wati yang sedang menyiapkan makan malam bagi anak-anaknya, tiba-tiba terdengar suaminya minta tolong. Kaget mendengar erangan suaminya seperti orang kesakitan, Wati bergegas turun ke helaman rumahnya. Ternyata dilihatnya sang suami lenglai tak berdaya dengan bersimbah darah. “Saya panic hingga menjerit histeris meminta bantuan warga. Kemudian saya melihat kondisi korban sangat lemah dan tangan kanannya memegang bagian terluka. Saya akhirnya memeluk suami saya erat-erat, namun korban sepatahpun tidak berkata tentang penyebab dirinya terluka,” terang Rida Wati. Karena tidak ada yang bisa dilakukan, pihak keluarga hanya mempersiapkan mobil untuk membawa korban ke RSUD Kayuagung Kabupaten OKI. Sepanjang perjalanan, korban hanya sempat berkata, “tolong saya”, sementara dari mulutnya keluar darah yang menghitam. . Namun kemudian nafasnya semakin pendek sehingga akhirnya meninggal sebelum sempat mendapat pertolongan. Terkait dengan peristiwa pembunuhan yang menimpa suaminya ini, Wati berkeyakinan bila pelakunya DI yang masih terbilang tetangganya sendiri. Karena selama ini korban tidak punya musuh, kecuali pernah terjadi kesalahpahaman dengan tetangganya tersebut. Itu pun sudah berlangsung lebih dari 2 tahun silam. “Waktu itu pelaku mabuk di sebuah pesta Orgen Tunggal di desanya , karena dianggap menganggu, lalu disuruh turun dari panggung,” kenang wati. Namun dibalik peristiwa berdarah itu, Wati menangkap sinyal kurang baik sekitar 2 hari sebelum kejadian. “Saya sering melihat korban melamun dan sesekali marah dengan anak-anaknya yang sering nakal. Melihat anaknya yang nakal itu terkadang juga membuat korban kesal, sehingga pernah terucap, bila korban akan meninggalkan keluarganya,” ujar Wati. Namun prilaku aneh suaminya itu tidak diambil hati Wati. Karena dirinya menyadari, bila sejak sebulan terakhir suaminya menganggur alias tidak bekerja. Ini akibat angkot yang biasa dikemudikannya masuk bengkel dan harus bongkar mesin. Sementara biaya untuk memperbaiki angkot itu belum ada. “Saya hanya kepikiran itu saja penyebabnya dan tidak mengkaitkan dengan keanehan lainnya,” katanya. Untuk saat ini wati hanya kepikiran bagaimana membesarkan anak-anaknya yang berjumlah tiga orang, yaitu Deni (19), Devi (5) dan Desi yang masih berusia 9 bulan. Sementara dirinya tidak bekerja, karena si bungsu ingin selalu dekat dengannya. “Semua ini saya serahkan kepada Tuhan, mudah-mudahan dibalik musibah itu, Tuhan punya rencana baik yang saya belum ketahui,” urai Wati. (mey/*****)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 20 Februari 2012

19 Feb Penuturan Istri Korban, Rida Wati

KEHIDUPAN dan matinya seseorang memang ada ditangan Yang Maha Kuasa. Namun kepergian Zaidan, sopir angkot warga Desa Tanjung Agas Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir (OI) ini tetap saja meninggalkan duka yang mendalam bagi istri dan anaknya. Karena penyebab kematian korban ini, diakibatkan peristiwa pembunuhan yang dilakukan tetangganya sendiri, Did yang hingga, Minggu (19/2) lalu belum tertangkap. Menurut penuturan Rida Wati (istri korban), sebelum kejadian itu sang suami pamit akan pergi takziah ke rumah tetangganya Nurdin di desa itu juga , Jumat (17/2) malam sekitar pukul 19.00 WIB. Hanya berselang sekitar 15 menit berlalu, Wati yang sedang menyiapkan makan malam bagi anak-anaknya, tiba-tiba terdengar suaminya minta tolong. Kaget mendengar erangan suaminya seperti orang kesakitan, Wati bergegas turun ke helaman rumahnya. Ternyata dilihatnya sang suami lenglai tak berdaya dengan bersimbah darah. “Saya panic hingga menjerit histeris meminta bantuan warga. Kemudian saya melihat kondisi korban sangat lemah dan tangan kanannya memegang bagian terluka. Saya akhirnya memeluk suami saya erat-erat, namun korban sepatahpun tidak berkata tentang penyebab dirinya terluka,” terang Rida Wati. Karena tidak ada yang bisa dilakukan, pihak keluarga hanya mempersiapkan mobil untuk membawa korban ke RSUD Kayuagung Kabupaten OKI. Sepanjang perjalanan, korban hanya sempat berkata, “tolong saya”, sementara dari mulutnya keluar darah yang menghitam. . Namun kemudian nafasnya semakin pendek sehingga akhirnya meninggal sebelum sempat mendapat pertolongan. Terkait dengan peristiwa pembunuhan yang menimpa suaminya ini, Wati berkeyakinan bila pelakunya DI yang masih terbilang tetangganya sendiri. Karena selama ini korban tidak punya musuh, kecuali pernah terjadi kesalahpahaman dengan tetangganya tersebut. Itu pun sudah berlangsung lebih dari 2 tahun silam. “Waktu itu pelaku mabuk di sebuah pesta Orgen Tunggal di desanya , karena dianggap menganggu, lalu disuruh turun dari panggung,” kenang wati. Namun dibalik peristiwa berdarah itu, Wati menangkap sinyal kurang baik sekitar 2 hari sebelum kejadian. “Saya sering melihat korban melamun dan sesekali marah dengan anak-anaknya yang sering nakal. Melihat anaknya yang nakal itu terkadang juga membuat korban kesal, sehingga pernah terucap, bila korban akan meninggalkan keluarganya,” ujar Wati. Namun prilaku aneh suaminya itu tidak diambil hati Wati. Karena dirinya menyadari, bila sejak sebulan terakhir suaminya menganggur alias tidak bekerja. Ini akibat angkot yang biasa dikemudikannya masuk bengkel dan harus bongkar mesin. Sementara biaya untuk memperbaiki angkot itu belum ada. “Saya hanya kepikiran itu saja penyebabnya dan tidak mengkaitkan dengan keanehan lainnya,” katanya. Untuk saat ini wati hanya kepikiran bagaimana membesarkan anak-anaknya yang berjumlah tiga orang, yaitu Deni (19), Devi (5) dan Desi yang masih berusia 9 bulan. Sementara dirinya tidak bekerja, karena si bungsu ingin selalu dekat dengannya. “Semua ini saya serahkan kepada Tuhan, mudah-mudahan dibalik musibah itu, Tuhan punya rencana baik yang saya belum ketahui,” urai Wati. (mey/*****)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar