Dengan Berjualan Kacang
Bakar Menyambung Hidup
Beberapa bungkus kacang
goreng yang dikemas dalam plastic kecil- kecil terhampar begitu saja di atas
nampan hijau. Di sela-sela kacang-kacang goring itu terdapat permen lollipop.
Rusiah (47) adalah wanita paruh baya yang memiliki rambut kepirang-pirangan itu
duduk di dekatnya.
Pakaiannya yang
terbilang lusuh tak menyurutkan niatnya untuk terus menjaga barang dagangannya
yang jumlahnya tak seberapa. Wanita yang telah berusia lebih dari kepala empat
ini, hingga saat ini belum pernah bersuami. Hal itulah yang membuatnya tidak
mempunyai pilihan lain kecuali mesti menjadi penjual kacang bakar di emperan
jalan kaki lima, di pinggir jalan terminal dekat pos pasar Tanjung Raja.
Tiap sore kurang lebih
pukul 15.00 WIB, Rusiah mulai menjajakan jualannya di tempat yang berada paling
pinggir jalan di dekat terminal. Meski jumlah jualannya tak seberapa namun
perempuan asli Tanjung Raja ini harus bersabar menunggu jualannya hingga pukul
21.00 WIB. Dia berharap ada pembeli yang ingin menikmati kacang bakar
buatannya. Tapi malang meskipun berjualan dari sore hingga malam hari
penghasilan wanita paruh baya itu paling banyak kurang lebih Rp.4.000 sampai
Rp.5.000- saja.
“Saya di sini berjualan
sudah cukup lama, dari jam 15.00 sore hingga pukul 21.00 malam. Penghasilan
paling besar Rp.4.000 sampai Rp.5.000 kadang saya tidak mendapatkan uang sama
sekali,” ungkapnya kepada Jurnal Sumatra saat ditemui di tempatnya berjualan.
Sambil memegang payung
kumuhnya yang selalu dia bawa untuk berjaga-jaga apabila turun hujan, dia
berkata apabila ada orgen tunggal dia siap datang kesana untuk berjualan,
asalkan daerahnya bisa dia jangkau dengan berjalan kaki.
“Kalau ada orgen
tunggal, pendapatan saya bisa meningkat dari hari-hari biasa. Kadang sampai
Rp.10.000,” katanya.
Rusiah mengaku
sebenarnya dia mempunyai dua saudara kandung, yang pertamanya laki-laki. Tapi
malang saudaranya ini mengalami kebutaan sejak tiga tahun lalu, sedangkan
saudara perempuannya sudah menikah dan pisah rumah dengan mereka.
Sejak itulah Rusiah
menjadi tulang punggung keluarganya. “Saya belum menikah, kakak saya buta, ibu
dan bapak saya sudah meninggal, sedangkan saudara perempuan saya sudah menikah
dan pisah rumah dengan kami” jelasnya.
“Meskipun demikian saya
tetap bersyukur atas nikmat dan rizki yang Allah berikan kepada saya” ungkapnya
lagi.
Di tengah
kecompang-campingan hidup yang serba kekurangan tersebut dia merasa bersyukur
masih ada orang-orang yang berbaik hati mengulurkan tangan dengan memberikan
uang ala kadarnya. Pemberian itu sangat berarti bagi hidupnya karena dapat
digunakannya untuk membeli makanan pokok dan lauk di rumah. (mpe/sps/****)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar