Kamis, 23 Februari 2012

Ibu penjual kacang bakar

Dengan Berjualan Kacang Bakar Menyambung Hidup Beberapa bungkus kacang goreng yang dikemas dalam plastic kecil- kecil terhampar begitu saja di atas nampan hijau. Di sela-sela kacang-kacang goring itu terdapat permen lollipop. Rusiah (47) adalah wanita paruh baya yang memiliki rambut kepirang-pirangan itu duduk di dekatnya.
Pakaiannya yang terbilang lusuh tak menyurutkan niatnya untuk terus menjaga barang dagangannya yang jumlahnya tak seberapa. Wanita yang telah berusia lebih dari kepala empat ini, hingga saat ini belum pernah bersuami. Hal itulah yang membuatnya tidak mempunyai pilihan lain kecuali mesti menjadi penjual kacang bakar di emperan jalan kaki lima, di pinggir jalan terminal dekat pos pasar Tanjung Raja. Tiap sore kurang lebih pukul 15.00 WIB, Rusiah mulai menjajakan jualannya di tempat yang berada paling pinggir jalan di dekat terminal. Meski jumlah jualannya tak seberapa namun perempuan asli Tanjung Raja ini harus bersabar menunggu jualannya hingga pukul 21.00 WIB. Dia berharap ada pembeli yang ingin menikmati kacang bakar buatannya. Tapi malang meskipun berjualan dari sore hingga malam hari penghasilan wanita paruh baya itu paling banyak kurang lebih Rp.4.000 sampai Rp.5.000- saja. “Saya di sini berjualan sudah cukup lama, dari jam 15.00 sore hingga pukul 21.00 malam. Penghasilan paling besar Rp.4.000 sampai Rp.5.000 kadang saya tidak mendapatkan uang sama sekali,” ungkapnya. Sambil memegang payung kumuhnya yang selalu dia bawa untuk berjaga-jaga apabila turun hujan, dia berkata apabila ada orgen tunggal dia siap datang kesana untuk berjualan, asalkan daerahnya bisa dia jangkau dengan berjalan kaki. “Kalau ada orgen tunggal, pendapatan saya bisa meningkat dari hari-hari biasa. Kadang sampai Rp.10.000,” katanya. Ironisnya ketika dia berjualan ada-ada saja orang jahil kepada dia, " kalau saya berjualan, kadang-kadang ngantuk terus tertidur di tempat saya berjualan ketika itu pula jualan saya sering di curi oleh orang" ungkapnya lagi. Rusiah mengaku sebenarnya dia mempunyai dua saudara kandung, yang pertamanya laki-laki. Tapi malang saudaranya ini mengalami kebutaan sejak tiga tahun lalu, sedangkan saudara perempuannya sudah menikah dan pisah rumah dengan mereka. Sejak itulah Rusiah menjadi tulang punggung keluarganya. “Saya belum menikah, kakak saya buta, ibu dan bapak saya sudah meninggal, sedangkan saudara perempuan saya sudah menikah dan pisah rumah dengan kami” jelasnya. “Meskipun demikian saya tetap bersyukur atas nikmat dan rizki yang Allah berikan kepada saya” ungkapnya lagi. Di tengah kecompang-campingan hidup yang serba kekurangan tersebut dia merasa bersyukur masih ada orang-orang yang berbaik hati mengulurkan tangan dengan memberikan uang ala kadarnya. Pemberian itu sangat berarti bagi hidupnya karena dapat digunakannya untuk membeli makanan pokok dan lauk di rumah.(melly)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamis, 23 Februari 2012

Ibu penjual kacang bakar

Dengan Berjualan Kacang Bakar Menyambung Hidup Beberapa bungkus kacang goreng yang dikemas dalam plastic kecil- kecil terhampar begitu saja di atas nampan hijau. Di sela-sela kacang-kacang goring itu terdapat permen lollipop. Rusiah (47) adalah wanita paruh baya yang memiliki rambut kepirang-pirangan itu duduk di dekatnya.
Pakaiannya yang terbilang lusuh tak menyurutkan niatnya untuk terus menjaga barang dagangannya yang jumlahnya tak seberapa. Wanita yang telah berusia lebih dari kepala empat ini, hingga saat ini belum pernah bersuami. Hal itulah yang membuatnya tidak mempunyai pilihan lain kecuali mesti menjadi penjual kacang bakar di emperan jalan kaki lima, di pinggir jalan terminal dekat pos pasar Tanjung Raja. Tiap sore kurang lebih pukul 15.00 WIB, Rusiah mulai menjajakan jualannya di tempat yang berada paling pinggir jalan di dekat terminal. Meski jumlah jualannya tak seberapa namun perempuan asli Tanjung Raja ini harus bersabar menunggu jualannya hingga pukul 21.00 WIB. Dia berharap ada pembeli yang ingin menikmati kacang bakar buatannya. Tapi malang meskipun berjualan dari sore hingga malam hari penghasilan wanita paruh baya itu paling banyak kurang lebih Rp.4.000 sampai Rp.5.000- saja. “Saya di sini berjualan sudah cukup lama, dari jam 15.00 sore hingga pukul 21.00 malam. Penghasilan paling besar Rp.4.000 sampai Rp.5.000 kadang saya tidak mendapatkan uang sama sekali,” ungkapnya. Sambil memegang payung kumuhnya yang selalu dia bawa untuk berjaga-jaga apabila turun hujan, dia berkata apabila ada orgen tunggal dia siap datang kesana untuk berjualan, asalkan daerahnya bisa dia jangkau dengan berjalan kaki. “Kalau ada orgen tunggal, pendapatan saya bisa meningkat dari hari-hari biasa. Kadang sampai Rp.10.000,” katanya. Ironisnya ketika dia berjualan ada-ada saja orang jahil kepada dia, " kalau saya berjualan, kadang-kadang ngantuk terus tertidur di tempat saya berjualan ketika itu pula jualan saya sering di curi oleh orang" ungkapnya lagi. Rusiah mengaku sebenarnya dia mempunyai dua saudara kandung, yang pertamanya laki-laki. Tapi malang saudaranya ini mengalami kebutaan sejak tiga tahun lalu, sedangkan saudara perempuannya sudah menikah dan pisah rumah dengan mereka. Sejak itulah Rusiah menjadi tulang punggung keluarganya. “Saya belum menikah, kakak saya buta, ibu dan bapak saya sudah meninggal, sedangkan saudara perempuan saya sudah menikah dan pisah rumah dengan kami” jelasnya. “Meskipun demikian saya tetap bersyukur atas nikmat dan rizki yang Allah berikan kepada saya” ungkapnya lagi. Di tengah kecompang-campingan hidup yang serba kekurangan tersebut dia merasa bersyukur masih ada orang-orang yang berbaik hati mengulurkan tangan dengan memberikan uang ala kadarnya. Pemberian itu sangat berarti bagi hidupnya karena dapat digunakannya untuk membeli makanan pokok dan lauk di rumah.(melly)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar