Rabu, 10 Juli 2013



Transaksi Nelayan Batam Gunakan Dolar

    Batam, Jurnal Sumatra - Transaksi jual beli ikan dan kebutuhan pokok nelayan pulau-pulau pesisir di Kota Batam Kepulauan Riau menggunakan mata uang dolar Singapura, kata pengumpul ikan Pulau Terung Asman Usman.
    "Bayar ikannya pakai dolar. Beli-beli bahan kebutuhan juga pakai dolar," kata Asman Usman di Batam, Rabu.
    Umumnya, ikan hasil nelayan Kota Batam langsung dijual ke Singapura menggunakan mata uang negara jiran itu. Karenanya, pengumpul ikan membayar nelayan menggunakan dolar Singapura.
    "Itu sudah sejak dulu, dari zaman nenek moyang kita dulu," kata Asman.
    Menurut dia, membayar ikan menggunakan dolar Singapura lebih praktis ketimbang harus menukarkan dulu ke rupiah.
    Bahkan kadang, jika tidak ada rupiah, maka belanja kebutuhan sehari-hari seperti gula dan beras juga menggunakan dolar Singapura yang nilainya dikonversikan.
    Ia mengatakan karena di pulau-pulau jarang ada gerai penukaran uang, maka nelayan mengumpulkan penghasilannya hingga beberapa ribu dolar Singapura, baru kemudian menukarkannya ke Pulau Belakang Padang atau Batam.
    "Kalau sudah terkumpul 4.000 dolar,  baru ke Batam, atau ke Belakang Padang," kata dia.
    Istri nelayan, Asniah mengatakan seluruh hasil tangkapan nelayan dibayarkan menggunakan dolar Singapura. Karenanya, untuk transaksi kebutuhan hidup sehari-hari terkadang menggunakan mata uang negara jiran itu.
    "Bagaimana, kita pegang dolar," kata dia.
    Sayangnya, nilai konversi dolar Singapura terhadap rupiah di pulau relatif lebih rendah dibanding BI. Saat ini saja contohnya, 1 dolar Singapura di BI dihargai lebih dari Rp7.900, sementara di kalangan nelayan 1 dolar Singapura hanya dinilai Rp7.700.
    Sebelumnya, Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kota Batam Firman, mengatakan nelayan di kota itu lebih memilih menjual hasil tangkapannya ke Singapura karena harga jual ikan segar ke Singapura bisa dua kali lipat dibanding nilai lokal.
    "Ini terjadi sejak dulu. Harga di Singapura lebih tinggi," katanya seraya menambahkan bahwa segala jenis ikan, udang dan hasil laut lainnya diekspor nelayan ke negara jiran melalui koperasi-koperasi.(antara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 10 Juli 2013



Transaksi Nelayan Batam Gunakan Dolar

    Batam, Jurnal Sumatra - Transaksi jual beli ikan dan kebutuhan pokok nelayan pulau-pulau pesisir di Kota Batam Kepulauan Riau menggunakan mata uang dolar Singapura, kata pengumpul ikan Pulau Terung Asman Usman.
    "Bayar ikannya pakai dolar. Beli-beli bahan kebutuhan juga pakai dolar," kata Asman Usman di Batam, Rabu.
    Umumnya, ikan hasil nelayan Kota Batam langsung dijual ke Singapura menggunakan mata uang negara jiran itu. Karenanya, pengumpul ikan membayar nelayan menggunakan dolar Singapura.
    "Itu sudah sejak dulu, dari zaman nenek moyang kita dulu," kata Asman.
    Menurut dia, membayar ikan menggunakan dolar Singapura lebih praktis ketimbang harus menukarkan dulu ke rupiah.
    Bahkan kadang, jika tidak ada rupiah, maka belanja kebutuhan sehari-hari seperti gula dan beras juga menggunakan dolar Singapura yang nilainya dikonversikan.
    Ia mengatakan karena di pulau-pulau jarang ada gerai penukaran uang, maka nelayan mengumpulkan penghasilannya hingga beberapa ribu dolar Singapura, baru kemudian menukarkannya ke Pulau Belakang Padang atau Batam.
    "Kalau sudah terkumpul 4.000 dolar,  baru ke Batam, atau ke Belakang Padang," kata dia.
    Istri nelayan, Asniah mengatakan seluruh hasil tangkapan nelayan dibayarkan menggunakan dolar Singapura. Karenanya, untuk transaksi kebutuhan hidup sehari-hari terkadang menggunakan mata uang negara jiran itu.
    "Bagaimana, kita pegang dolar," kata dia.
    Sayangnya, nilai konversi dolar Singapura terhadap rupiah di pulau relatif lebih rendah dibanding BI. Saat ini saja contohnya, 1 dolar Singapura di BI dihargai lebih dari Rp7.900, sementara di kalangan nelayan 1 dolar Singapura hanya dinilai Rp7.700.
    Sebelumnya, Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kota Batam Firman, mengatakan nelayan di kota itu lebih memilih menjual hasil tangkapannya ke Singapura karena harga jual ikan segar ke Singapura bisa dua kali lipat dibanding nilai lokal.
    "Ini terjadi sejak dulu. Harga di Singapura lebih tinggi," katanya seraya menambahkan bahwa segala jenis ikan, udang dan hasil laut lainnya diekspor nelayan ke negara jiran melalui koperasi-koperasi.(antara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar